KEDUDUKAN MARGA RANGKUTI,PULUNGAN DAN NASUTION
Marga Rangkuti dan marga Pulungan di antara marga-marga yang lain yang
mempunyai kerjaan di Mandailing, maka yang pertama sekali mempunyai
kerajaan di Mandailing diantara kedua marga itu adalah marga Pulungan
dan satu generasi kemudian barulah marga Rangkuti.
Pulungan
mendiririkan kerajaan di Hutabargot dan Kerajaan Rangkuti di Runding
kedua-dua kerajaan itu berdekatan dan berhadap-hadapan di seberang
Batanggadis sebelah barat Panyabungan.
Kedatangan marga Lubis setelah dua generasi Pulungan, berarti setelah satu generasi marga Rangkuti di Runding.
Marga Nasution turunan si Baroar Sutan Diaru, setelah lima generasi
marga Rangkuti mendiami Runding atau enam generasi Pulungan mendiami
Hutabargot.
Dengan demikian maka kedatangan Pulungan dan Rangkuti di
Mandailing itu adalah kira-kira pada pertengahan abad XI dan kedatangan
Marga Lubis kira-kira pertengahan abad ke XII dan Marga Nasution
Sibaroar pada pertengahan abad ke XIII.
Antara abad kedatangan Pulungan dan Rangkuti Mandailing, ada pendatang baru yaitu kelompok keluarga, yaitu:
Kelompok Hulubalang Ampar Mananti- Sitimbakoruma-Silasiak Jantan dan
Angin Bapole, merekaalah sebenarnya mendirikan Panyabungan Sekarang,
kemudian mereka bermarga :
a. Nasution Dolok
b. Nasution Tonga
c. Nasution Lombang
Kelompok lainnya, pendatang dari Tapanuli Utara, bernama Raja Maimaon
ajak Datu Shangti dari turunan Marga Siahaan – Pohan. Mereka mendirikan
Huta dan Kerajaan bernama Padanggarugur . Letaknya kira-kira 6 KM
sebelah Utara Panyabungan.
Raja Maimaon ini kawin dengan Boru
Pulungan dari Lumbanhuayan, yaitu Boru Sutan Huayan, Saudara kandung
Mangaraja Bengkas Naduma Bulung dan Mangaraja Tapus Ginjang.
Boru
Pulungan inilah yang dinamakan Sutan Parampuan, dimana penggelaran ini
karena suaminya yang jadi Raja tetapi dialah yang mengatur dan berkuasa
kepada rakyat bahkan suaminya Raja Maimaon pun dibawah perintahnya,
justeru digelarlah ia Sutan Parampuan.
Dalam cerita Kuno di
Mandailing “harom Padanggarugur harani Sutan Parampuan” artinya hacur
luluh Kerajaan Padanggarugur karena Sutan Parampuan. Kehancuran
Padanggarugur itu karena berperang dengan Baginda Mangaraja Enda dari
Panyabungan Tonga-tonga (Nasution Sibaroar).
Kedua-duanya kelompok
yang telah diuraikan tadi, menjadi takluk kepada Sibaroar kemudian atas
kebijaksanaan Sibaroar mereka di-Nasution-kan hingga mereka menjadi
marga Nasution.
Nasution Padanggarugur itu berkembang menjadi tujuh bahagian masing-masing:
Nasution Tanagodang
Nasution Tanggahambeng
Nasution Borotan
Nasution Lancat
Nasution Joring
Nasution Manggis, dan
Nasution Simangintir
Tatkala itu jalan seperti sekarang, lintas Sumatera yang membelah
Mandailing, belum ada pada waktu jalan ke Mandailing hanya mengikuti
lalu lintas air, dengan sungai Batanggadis di belahan wilayah Mandailing
dan Hilirnya dibelahan Angkola Jae dan Angkola Julu, dan kedua sungai
bertemu di Lumpatan Harimo, dan akibat tekanan dan luapan Batanggadis
dan Batang Angkola yang bertemu di Lumpatan Harimo itu, menyebabkan
Mandailing mempunyai danau yang dinamakan Rodang dan tak obahnya
bagaikan air laut yang mempunyai pasang surut dan pasang naik, kadang
kala kalau banjir mengakibatkan sawah-sawah di hilir persawahan
Malintang-Sihepeng dan kampung –kampung diantara keduanyaterbenam.
Inilah yang dikatakan Willem Iskander dalam bukunya Sibulus-bulus
–Sirumbuk-rumbuk, air yang banyak merugikan tapi menguntungkankan;
merugikan karena dengan adanya rodang (danau) itu Panyabungan menjadi
sarang nyamuk malaria. Dan menguntungkan karena tanah subur.
Kemudian sebagaimana diuraikan terdahulu, lalu lintas yangmenghubungkan
Tapanuli Utara dengan Selatan (Mandailing) ialah yang menjurus ke
Siborongborong terus ke Hampung dan Melintasi Tor Sihite tempatnya suku
bangsas primitis (Lubu- Siladang) terus menuju Panyabungan.
Demikian kira-kira situasi kependudukan dan geografis serta gambaran masyarakat di mandailing pada ketika itu.
Dalam keadaan demikian itu lah pula dimana marga Rangkuti dan
Kerajaannya di Runding mempunyai kedudukan dan kedaulatan sendiri,
karena Kerajaan Rangkuti tidak pernah takluk kepada kerajaan manapun dan
mempunyai Adat Kebesaran sendiri dengan segala mass media dan alat-alat
perlengkapan tanda kebesarannya tanpa berafilitas kepada siapapun
sekalipun Kerajaan Pulungan di dekatnya yang tak ada tolok ukur
badingannya di seluruh Tapanuli ketika itu.
Sian Dia De Dongan...........
BalasHapusSumbernai